HAI BEAUTY REVIEWER ! BACA INI SEBELUM MEMBERIKAN REVIEW SKIN CARE DAN MAKEUP !

Thursday, December 31, 2020

Hi, everyone!

Tulisan ini terinspirasi dari dialog antara seorang dokter dengan seorang selebriti yang awal mulanya karena membahas brand yang dipandang kontroversial. Aku tidak akan menjelaskan detail mengenai siapa dokter, selebriti dan brandnya. Aku hanya mengambil pelajaran setelah menonton dialognya (versi full tanpa cut dari akun youtube dokter yang bersangkutan). Dan tulisan ini tidak bermaksud untuk menjatuhkan pihak manapun (dokter, selebriti, dan brand manapun).

mockup image by rawpixel.com

Tidak bisa dipungkiri kalau penikmat konten kecantikan suka dibingungkan dengan "mana nih orang yang reviewnya jujur". Selalu muncul kecurigaan seperti "ah paling habis ditempelin di muka langsung dibilas saat off-camera" atau "ah dia mah cuma nunjukkin pakai di awal nggak pernah dihabiskan". Kebingungan ini muncul karena memang ada pihak yang menerima apapun yang ditawarkan oleh beauty brand, tanpa crosscheck terlebih dahulu terkait produk dan brand yang akan dipromosikan.

Mungkin hampir semua beauty reviewer selalu memberikan disclaimer berupa "review yang aku berikan adalah jujur dan apa yang cocok di aku belum tentu cocok di kalian". Aku pun juga menerapkan disclaimer seperti itu.

TAPI, ternyata . . . .
ADA HAL YANG LEBIH PENTING yaitu terkait legalitas produk.

Saat mendengarkan dialog antara dokter dan selebriti, sebenarnya poin utama terletak pada legalitas dari suatu produk yang beredar. Aku yang memiliki peran sebagai konsumen sekaligus beauty reviewer merasa tertampar dengan dialog ini. Aku memiliki dua peran di sini karena mayoritas produk yang aku coba memang masih aku beli sendiri dengan uang pribadi, bukan bentuk kerjasama dengan brand atau dikirimi oleh brand tanpa ada keharusan menulis review.

Sebagai konsumen aku memiliki kuasa penuh akan produk apa yang ingin digunakan. Sebagai beauty reviewer aku memiliki hak untuk menentukan apakah mau menerima kerjasama dengan suatu brand. Untuk tulisan ini, aku ingin berperan sebagai beauty reviewer dulu, ya! Adapun peranku sebagai konsumen juga sudah aku tuliskan di blogpost terpisah. Link aku tulis di bawah.

Sesuai dengan judul, tentunya tulisan ini diperuntukkan bagi teman-teman yang suka mereview produk kecantikan seperti skin care atau makeup. Berikut ini empat tips agar tidak dianggap menjadi beauty reviewer yang turut merusak wajah wanita Indonesia.

Pastikan legalitas produk yang dicoba.

Entah itu produk yang ditawarkan oleh brand maupun produk yang dibeli dengan uang pribadi, wajib dicek legalitas produknya! Di Indonesia produk yang legal dijual bebas adalah produk yang memiliki izin dari BPOM ditandai dengan tertulisnya nomor registrasi BPOM pada kemasan dan dibuktikan lebih lanjut dengan cek di website resmi BPOM. Umumnya, produk yang sudah teregistrasi oleh BPOM memiliki informasi produk yang lengkap pada kemasannya, seperti deskripsi produk, cara pakai, ingredients, expired date, dan informasi produsen atau distributor.

Bagaimana dengan produk impor yang tidak teregistrasi di BPOM? Pastikan produk tersebut telah memiliki izin edar dari lembaga di negara yang bersangkutan.

Selalu sematkan foto kemasan produk, dan pastikan ada nomor BPOM tertulis dan terlihat jelas pada kemasan.

Ini adalah poin yang baru aku sadari setelah menyimak isi dialog dokter dan selebriti itu. Aku tau, aku selalu mendapat dan hanya mencoba produk yang tertulis jelas nomor BPOM di kemasan. Tapi, ketika nanti ada yang nyinyirin aku sebagai "beauty reviewer yang turut merusak wajah wanita Indonesia", aku tidak punya bukti konkrit untuk membantah. Kenapa? Karena aku sering lupa menunjukkan foto kemasan produk yang tertulis bagian nomor BPOM-nya! Jadi, sekalian aja nih, aku minta maaf ya karena suka lupa foto bagian nomor BPOM. Review produk setelah postingan ini akan aku usahakan untuk selalu ada fotonya :)

Screenshot bukti crosscheck dari website BPOM.

Poin nomor dua lebih lanjut harus dilakukan cek ulang ke website cekbpom.pom.go.id karena ada pihak nakal yang menggunakan nomor palsu, seolah-olah memiliki izin padahal nomor tersebut tidak terdaftar. Selain itu, kita bisa memantau informasi lain untuk dijadikan bahan pertimbangan, seperti:

  1. nama jelas produk yang terdaftar dan merk. Penting karena produk KW biasanya suka salah menulis nama jelas produknya.
  2. jenis kemasan (botol/tube/pot); volume isi produk dalam kemasan; dan bentuk sediaan (cairan kental/krim/dll). Penting untuk membuktikan bahwa produk yang dicoba atau akan direview memiliki kesesuaian dengan data yang terdaftar di BPOM. Hal ini untuk menghindari tuduhan bahwa produk yang digunakan adalah produk versi palsu/KW/abal-abal.
  3. nama pendaftar yang biasanya merupakan produsen atau distributor. Bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melihat sepak terjang perusahaannya. Masih baru atau sudah lama. Kontroversial atau aman damai. Jika tetap bertekad mereview produk kontroversial, siapkan data yang lebih kuat, ya! Tunjukkan bahwa memang tidak ada keraguan karena memiliki data yang bisa dipertanggungjawabkan.
  4. hair mask Makarizo terdaftar di BPOM. klik gambar untuk lebih jelas.
  5. tanggal terbit nomor registrasi. Jika kita tau produk yang dicoba adalah produk lama, maka dalam database di website BPOM akan terlihat jika brand sudah melakukan perpanjangan. Yang artinya produk tersebut masih dalam pantauan BPOM dan legal untuk dipasarkan. Contohnya seperti hair mask Makarizo yang pernah aku rekomendasikan di hair care routine 2020. Hair mask ini bukan produk baru dan terlihat pada database bahwa Makarizo telah melakukan perpanjangan terkait legalitas produknya. Jadi, aku yakin bahwa hair mask yang aku rekomendasikan memang masih dalam pantauan BPOM.

Persiapkan bukti legalitas BPOM terhadap produk sebelum unboxing.

Ketika produk datang, semangat menggebu-gebu untuk membuka produknya bisa bikin lupa poin penting terkait legalitas produk. Nah, ada baiknya ketika masih tahap negosiasi oleh brand, kita minta data nomor BPOM produk-produk yang akan dikirimkan. Selanjutnya langsung screenshot hasil crosscheck, biar nggak lupa, jangan ditunda-tunda! Jadi, ketika unboxing, di stories terpisah bisa langsung menyematkan bukti screenshot bahwa produk tersebut telah terdaftar secara legal.

Informasikan ciri fisik seperti tekstur/warna dan deskripsikan aroma.

Dengan adanya informasi ini maka pembaca yang telah membeli produk serupa bisa mempunyai gambaran apakah isi produk memiliki kesamaan dengan yang kita review. Walaupun sebenarnya informasi seperti deskripsi aroma bersifat sangat subjektif, tapi lumayanlah pada bagian gambar tekstur setidaknya bisa membantu.

💜

Mungkin terkesan ribet, ya?! Tapi, rusak sedikit kepercayaan pembaca, yaaah bakal merembet terus. Jadi, nggak ada salahnya melakukan empat tips yang aku berikan agar kepercayaan pembaca terhadap kita bisa tetap terjaga. Selain itu, tips ini juga sebagai bentuk untuk terus mengedukasi pentingnya mengetahui legalitas produk terhadap pembaca. Kalau kalian punya tips tambahan, boleh banget untuk tuliskan juga di kolom komentar ;)

Baca juga: JANGAN COBA SKIN CARE DAN MAKEUP KALAU BELUM PAHAM INI!

💜

Yes! Finally, this is the end of my blog post today. Thank you so much for reading until the end and see you in my next post!

Oh! Don't forget to follow my blog:
GFC (you can click "join this site")

Instagram: @vidazenitha
Facebook: Vida Zenitha

Thank you!

You Might Also Like

1 comments

  1. bener banget .. aku juga mersa harus lebih detail lagi saat mereview suatu produk. tq to dr richard yg udah brni mendobrak hal ini kpd khalayak ramai ..

    ReplyDelete

PART OF INDONESIAN HIJAB BLOGGER

PART OF INDONESIAN FEMALE BLOGGERS

https://www.facebook.com/groups/1949767178581022/

PART OF BLOGGER PEREMPUAN

Blogger Perempuan

Subscribe