Hi everyone! Berapa banyak sih takaran pemakaian sunscreen yang tepat? Viral di T*kT*k saling stitch untuk koreksi tentang takaran pemakaian sunscreen. Baik itu antara beauty influencer, dokter, maupun content creator kategori non-beauty. Banyak yang bingung dan akhirnya memilih "senyamannya aja deh".
Sebelum lanjut, sebentar niiih, kita satukan suara dulu yaa. Amati gambar di bawah ini biar kita satu kata tentang takaran "dua jari" dan "dua ruas jari".
Jadi, berapa takaran penggunaan sunscreen yang tepat untuk wajah ?
Lebar keseluruhan wajah dan leher setiap orang berbeda, apalagi bagian tubuh lain seperti tangan atau kaki yang juga terpapar oleh sinar UV. Jadi, banyak expert yang menggunakan "perkiraan takaran"
Pakai sebanyak 2,5 gram atau 1 sendok teh untuk keseluruhan wajah dan leher. Ribet kan masa harus nimbang dulu? Walaupun menjadi subjektif namun penggunaan takaran dengan jari relatif lebih praktis. Takarannya: *disarankan pemakaian sebanyak DUA JARI (menggunakan jari tengah dan jari telunjuk) untuk diaplikasikan pada WAJAH DAN LEHER.
Pemakaian sunscreen sebanyak dua jari bertujuan agar sunscreen benar-benar diaplikasikan secara merata ke seluruh kulit wajah dan leher. Kata "rata" disini artinya:
"Banyaknya jumlah sunscreen yang diaplikasikan pada setiap bagian wajah (seperti pipi, dahi, dagu) dan leher (depan dan belakang) adalah sama."
Nggak ada yang terlalu tipis atau terlalu tebal di bagian tertentu. Dengan begitu *diharapkan kulit dapat terlindungi secara optimal.
Kalau pakai sunscreen hanya dua ruas jari untuk wajah dan leher, *ditakutkan terlalu tipis sehingga perlindungan kurang optimal.
INTINYAAA pakai dua jari itu adalah SARAN dengan HARAPAN bisa memberikan proteksi yang optimal. Tapi, yaaa balik lagi, kamu punya harapan yang sama atau tidak? Kulit mu cocok atau enggak jika menerapkan pemakaian seeebanyak itu? Jadi, mau mengikuti saran itu atau tidak, semua kembali lagi ke masing-masing individu.
PERTIMBANGAN LAIN TERKAIT TAKARAN PENGGUNAAN SUNSCREEN
1. FORMULASI PRODUK. Takaran dua jari untuk wajah dan leher dapat diterapkan pada sunscreen minimal SPF 30 ya. Jadi, penting banget untuk pilih produk sunscreen dari brand yang kredibel yaa. Kok rasanya agak ngeri-ngeri syedap gituuu, kalau ternyata antara formulasi produk dan klaim SPF yang tertulis di kemasan ternyata nggak sama. Jangan sampai, di formulasi produk SPF sesungguhnya hanya 10 tapi klaim di kemasan tertulis SPF 50, ups!
2. AREA PEMAKAIAN SUNSCREEN. Setiap membaca tentang takaran penggunaan sunscreen, perhatikan area yang disebut. Misal, di awal aku sebut DUA JARI untuk area WAJAH & LEHER sedangkan di akhir (nanti) aku menuliskan SATU JARI hanya untuk area WAJAH ! Penting banget untuk nggak skip info ini karena beda area bisa beda loh takarannya.
3. TEKSTUR SUNSCREEN. Tekstur produk sunscreen ada yang seperti gel lotion dan cair (like a milky texture). Perbedaan jenis sunscreen berpengaruh pada takaran juga. Takaran dua jari untuk wajah dan leher dapat diaplikasikan pada sunscreen dengan tekstur cenderung cair. Sebelumnya, aku mention bahwa pemakaian yang disarankan adalah 2,5 gram. Secara massa (gram) jumlahnya sama, baik cair atau gel, tapi karena kita pakai takaran jari, maka yang kita perkirakan adalah volumenya. Itulah mengapa beda tekstur, bisa beda takaran jarinya.
Jadi, aku harap setiap produk sunscreen bisa memberikan informasi cara pakai dengan takaran pemakaian untuk anak dan dewasa disertai ilustrasi yang jelas.
4. KONDISI KULIT. Gunakan takaran yang tepat sesuai kondisi kulit yaa. Coba perlahan dari takaran yang sedikit dulu, misal satu jari untuk wajah dan leher. Kemudian tingkatkan takarannya. Jika pemakaian sedikit saja kulit mu menunjukkan tanda-tanda negatif seperti kemerahan atau jerawat. Bisa jadi kulit mu tidak cocok dengan sunscreen tersebut. ATAU kamu tidak membersihkan sisa-sisa sunscreen di wajah dengan tepat sehingga memunculkan masalah baru. Jadi, wajib bersihkan wajah dengan benar setelah pakai sunscreen!
***
Kalau aku, karena berhijab, jujur nih, bagian leher nggak pakai sunscreen. Tapi, tetap pakai day cream yang sudah ada UV filternya aja (terkadang nggak tertulis SPF berapa).
"Aku pakai sunscreen untuk wajah dengan takaran 1 jari (jika tekstur sunscreen cair) atau 2 ruas jari (jika tekstur sunscreen gel)."
Coba baca juga artikel dari Healthline.com tentang konversi pengukuran takaran sunscreen untuk wajah dengan menggunakan jari sebagai alat bantu ukur yang lebih praktis.
Apakah takaran penggunaan sunscreen mu sudah tepat? Tulis dong di kolom komentar, selama ini berapa sih takaran penggunaan sunscreen mu dan lagi pakai sunscreen apa nih? Boleh juga follow aku di instagram @vidazenitha untuk ngobrolin lebih banyak hal tentang skin care dan make up!
Hi everyone! Apakah kalian menemukan Mixue di blog ini? Hehe. Akhirnya aku coba membuka blog lagi setelah kurang lebih 8 bulan memutuskan untuk rehat sejenak.
Sejenak ~ 8 bulan ~
Ada rasa jenuh dengan perkembangan dunia beauty di Indonesia yang pergerakannya super cepat dan ada sisi gelap juga yang sempat aku rasakan dari hal itu. Di saat bersamaan dengan rasa jenuh memuncak, aku mendapatkan tantangan baru and I really love that challenge. Waktu ku terkuras dalam peran baru dan akhirnya perlahan lupa dengan peran "beauty content creator".
Apakah aku masih mengikuti beauty trend selama rehat? Not really. Pusing shaaay!
Banyak brand skincare launching produk baru, pilihan varian beragam, dan efek jenuh membuat aku blank dengan apa yang dibutuhkan kulit ku. Aku merasa tidak tertarik untuk mencoba karena aku nggak tau tujuan aku mau mencoba skincare untuk improve apa lagi. Padahal kulitku juga nggak seee~flawless itu untuk bisa disombongkan :p
Back to basic adalah pilihan teraman.
Cleansing oil, gentle facial wash, toner, moisturizer, and done! Bener-bener hanya empat produk, yaaa lima deh kalau pagi karena wajib sunscreen. That's it! Bahkan tonernya cuma pakai satu jenis, hydrating toner doang! Exfoliating toner sering lupa, kalau ingat yaa 2 minggu sekali, bahkan pernah nggak pakai exfoliating toner dalam 1 bulan.
Bagaimana dengan make up? You need to know this!!! Dalam 8 bulan itu, aku jaraaaang banget pakai pewarna bibir (lipcream or lipstick), cuma pakai lip balm yang nggak ada warnanya. Tapi, kalau pakai bedak, masih! Kulit berminyak ku tetap harus dibalut bedak supaya nggak terlalu lusuh klumus klumus. Kalau lipcream aja nggak pakai, tentunya printilan seperti foundation/cushion, eyebrow pencil, mascara, eyeshadow, blush on, juga nggak tersentuh! Ckckck.
Apakah sekarang masih merasa jenuh?
Alhamdulillah sudah merasa puas dengan waktu istirahatku. Next post, aku akan share produk apa saja yang tetap aku pakai walaupun malas maksimal! Selain itu, aku juga sudah mulai memantau produk-produk dengan skin concern: anti aging dan mengembalikan vitalitas kulit setelah perawatan yang ala kadarnya hehe.
Hi, everyone! Tulisan ini aku tujukan untuk pembaca blog dan juga rekan dari PR team yang tertarik untuk bekerjasama di beauty blog ini.
Hi, everyone! Performance review memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menilai kontribusi karyawan mereka terhadap organisasi. Tujuan utama diadakannya performance review adalah untuk memberikan pengukuran yang adil atas kontribusi karyawan kepada perusahaan, menghasilkan dokumentasi penilaian yang akurat, dan memperoleh tingkat kualitas serta kuantitas yang tinggi dalam pekerjaan yang dihasilkan. Berikut tahapan-tahapan menyusun performance review yang benar.
1. Tetapkan Tujuan
Setiap awal tahun atau ketika seorang karyawan baru bergabung dengan perusahaan, penting untuk berkumpul dan menetapkan tujuan untuk mengukur penilaian kinerja karyawan. HRD dapat menetapkan beberapa tujuan dengan karyawan menggunakan metode SMART yang merupakan kepanjangan dari Specific, Measurable, Actionable, Role, dan Time. Metode dapat membantu HRD menambahkan tujuan yang relevan dengan aspirasi karir karyawan. Sebab, pertumbuhan karir lah yang membuat karyawan berkualitas tetap bertahan di perusahaan.
2. Tentukan Indikator Penilaian Kinerja
Saat memutuskan untuk melakukan penilaian kinerja karyawan, penting bagi Anda untuk menentukan indikator penilaian kinerja yang akan digunakan. Indikator ini berfungsi untuk mengukur kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Selain mengukur pencapaian tujuan individu, HRD juga harus mempertimbangkan aspek penting lainnya untuk perusahaan dan pengembangan karyawan. Jadi, penting untuk menetapkan KPI yang spesifik untuk setiap peran di perusahaan.
3. Tetapkan Jadwal Rutin untuk Tatap Muka
Tahap ketiga dalam menyusun penilaian kinerja karyawan adalah menetapkan jadwal pertemuan dengan karyawan secara rutin. Cara ini dapat membantu mendokumentasikan kemajuan mereka dan melihat bagaimana mereka melacak tujuan mereka. Bagian penting dari proses ini adalah mengumpulkan semua informasi tentang bagaimana karyawan berproses menuju tujuan mereka. Tinjauan rutin merupakan cara yang bagus untuk mengetahui siapa karyawan yang membutuhkan lebih banyak perhatian, pelatihan, atau bimbingan.
Baca
Juga: ESS.
Solusi Sistem Pantau Kinerja Karyawan Lebih Mudah
4. Gunakan Kritik yang Membangun Selama Penilaian
Kritik yang membangun adalah suatu penilaian yang diberikan dengan maksud untuk membantu orang lain. Tujuannya adalah untuk mendorong perubahan positif yang membawa manfaat bagi kedua belah pihak, baik karyawan maupun HRD. Bangun sesi pertemuan yang dapat mengarahkan pembicaraan untuk melakukan perbaikan dan menawarkan kritik yang membangun.
5. Akhiri Pertemuan dengan Menguraikan Tindakan yang Akan Diambil
Tahap terakhir dalam performance review adalah adalah mengakhiri pertemuan dengan fokus utama pada penetapan tujuan karyawan berikutnya. Kedua belah pihak harus menyepakati tujuan untuk periode berikutnya yang sesuai dengan kinerja mereka. Pertemuan ini juga dapat mengarah pada rencana pelatihan atau pengembangan untuk memperbaiki kelemahan karyawan atau membantu karyawan memperoleh keterampilan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dalam perusahaan dan memenuhi tujuan yang disepakati.
Penilaian kinerja karyawan adalah bagian penting dari lingkungan kerja yang fungsional. Agar pengelolaan dan proses performance review dapat berjalan lancar, ada baiknya perusahaan menggunakan aplikasi atau software, contohnya dari LinovHR. Dengan proses serta sarana yang tepat, performance review dapat memberi HRD sistem yang adil yang dapat menghargai kinerja setiap karyawan dan memudahkan HRD dalam menangani secara konstruktif bidang-bidang yang menjadi perhatian.
Hi, everyone!
Tulisan ini terinspirasi dari dialog antara seorang dokter dengan seorang selebriti yang awal mulanya karena membahas brand yang dipandang kontroversial. Aku tidak akan menjelaskan detail mengenai siapa dokter, selebriti dan brandnya. Aku hanya mengambil pelajaran setelah menonton dialognya (versi full tanpa cut dari akun youtube dokter yang bersangkutan). Dan tulisan ini tidak bermaksud untuk menjatuhkan pihak manapun (dokter, selebriti, dan brand manapun).
Tidak bisa dipungkiri kalau penikmat konten beauty suka dibingungkan dengan "mana nih orang yang reviewnya jujur". Selalu muncul kecurigaan seperti "ah paling habis ditempelin di muka langsung dibilas saat off-camera" atau "ah dia mah cuma nunjukkin pakai di awal nggak pernah dihabiskan". Kebingungan itu muncul karena memang ada pihak yang menerima apapun yang ditawarkan oleh brand, tanpa crosscheck terlebih dahulu terkait brand yang akan dipromosikan.
Pada postingan sebelumnya aku menuliskan blogpost "HAI BEAUTY REVIEWER ! BACA INI SEBELUM MEMBERIKAN REVIEW SKIN CARE DAN MAKEUP !" dengan aku menempatkan diri sebagai beauty reviewer. Sekarang, pada blogpost ini aku menempatkan diri murni sebagai konsumen. Well, berikut ini hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum membeli dan mencoba beauty product.
Cek kredibilitas brand.
Memang lebih aman jika kita mencoba produk kecantikan dari brand besar yang sudah tidak asing lagi namanya, seperti Wardah, Avoskin, dan lain-lain. Tapi, bukan berarti brand yang masih merintis, atau produk-produknya masih sedikit, tidak diberi kesempatan. Nah, tips pertama adalah cek di situs belanja online terpercaya seperti Sociolla.com. Ini bukan semata-mata karena aku tergabung dalam Sociolla Blogger Network, ya! Tapi memang produk-produk yang muncul di Sociolla itu berasal dari brand yang sudah disaring terlebih dahulu oleh Sociolla dan pasti sudah dilegalkan oleh BPOM. Selain sociolla, website belanja produk kecantikan apa sih yang kamu percaya? Tulis di kolom komentar untuk rekomendasi ke aku dan pembaca lainnya juga 💜
Cek nama brand di website BPOM.
Caranya dengan memilih opsi cari berdasarkan "merk" maka akan muncul nama-nama produk yang sudah diberikan izin edar dari brand yang bersangkutan. Selanjutnya, cek official instagram atau official store-nya. Lihat apakah brand tersebut benar-benar hanya menjual produk yang sudah terdaftar di BPOM atau "menyeludupkan"/menjual juga produk yang belum terdaftar di BPOM. Jika, brand ini menjual keduanya, menurutku brand ini tidak memiliki kredibilitas yang baik. Crosscheck seperti ini paling mudah dilakukan untuk brand yang produk-produknya masih sedikit.
Ingat, apabila produk A, B, C sampai W memiliki izin BPOM, sedangkan X, Y, Z tidak memiliki izin BPOM namun tetap dijual artinya brand tersebut sudah menyeludupkan barang ilegal. Bisa jadi izin BPOM di produk A-W hanya merupakan kedok belaka.
Bisa jadi produk X, Y, Z sedang diproses oleh BPOM, Vid?!
Iya, berarti brand itu kan sebenarnya mengerti alur untuk mendapatkan legalitas. Tapi, dia tetap saja menjual produk yang belum legal. Nggak sabar alias serakah. Sama halnya dengan orang yang tau selingkuh itu salah tapi tetap aja selingkuh dengan santainya. Kesel gak? Apa orang seperti itu bisa dipercaya?
Aku punya contoh, sekedar untuk mendemonstrasikan tips yang aku tulis. Aku melakukan riset untuk bahan contoh ini hanya satu hari, yaitu pada tanggal 28 Desember 2020 (06.58 - 07.07 PM). Aku tidak menerima komentar tentang riset kalian di tanggal/waktu sebelum maupun sesudah 28 Desember 2020 (06.58 - 07.07 PM). Kenapa? Karena memang aku tidak memantau brand ini terus menerus. Intinya dari hasil riset singkatku, brand ini memberikan contoh yang baik, yaitu hanya menjual produk yang telah didaftarkan di BPOM. Tidak ada kedok menjual produk tidak ber-BPOM.
Dibuktikan dengan jumlah item produk yang dipromosikan (ig) dan dijual (shopee/tokopedia) sama dengan jumlah produk yang terdaftar di BPOM dan dengan ciri-ciri kemasan yang sesuai data BPOM. Selain itu, postingan pertama instagramnya saat aku cek pada tanggal 28 Desember 2020 (06.58 - 07.07 PM) adalah 1 November 2020, yang aku asumsikan brand ini mulai promosi dan menjual ketika secara resmi nomor BPOM telah didapatkan. FYI, rentang nomor BPOM untuk produk-produk dari brand ini terbit adalah 1-14 Oktober 2020.
Aku tidak ada kerjasama dengan brand ini, ya! Aku memang mencari secara acak untuk brand yang namanya belum pernah aku tau. Dari hasil scroll di beberapa akun beauty influencer di instagram, barulah aku menemukan nama brand ini. Jadi, ini benar-benar random dan pertama kalinya aku "ngeh".
*tips selanjutnya di bawah ini sudah tidak ada kaitannya dengan nama brand yang aku jadikan contoh di atas.
Cek review di internet. Bukan sekedar testimoni chat whatsapp di akun brand tsb.
Setelah urusan cek legalitas izin edar di BPOM selesai, eits jangan keburu transfer hehe! Cek dulu reviewnya di internet. Bisa cek di femaledaily.com atau beautyjournal.com dan platform beauty lainnya, termasuk cek juga review dari beauty blogger/youtuber. Kalau biasanya fokus di review adalah membahas hasil, nah, tambahkan juga fokus ke ciri-ciri kemasannya. Perhatikan apakah kemasan yang didapat oleh reviewer itu kemasan yang memenuhi standar BPOM atau tidak. Nah, kalau kamu sudah punya nama beauty reviewer terpercaya versi kamu, jangan lupa untuk save link artikelnya karena akan digunakan untuk crosscheck apabila produk sudah sampai.
Pilih toko penjual yang terpercaya.
Akan sangat aman jika membeli langsung dari official store, baik itu di e-commerce atau toko offline. Kasihan dong Vid untuk reseller yang juga usaha cari rejeki?! Aku masih belanja dari reseller kok, walaupun nggak 100%. Cara amannya adalah cek ulasan toko dan perhatikan foto-foto kemasan yang diunggah oleh pembeli. Selain itu, lanjut ke langkah berikutnya, ya!
Teliti kemasan dan crosscheck data di website BPOM.
Setelah membeli dan produknya sampai di tangan, siap unboxing dong? Setelah unboxing, wajib cek langsung ke website BPOM, masukkan nomor BPOM yang tertera pada kemasan. Selanjutnya, baca dan cocokkan informasi di website BPOM dengan barang yang didapat. Jika ada data yang tidak sesuai, langsung tanyakan ke penjual dan/atau ke customer service brand yang bersangkutan.
"Wah barang yang kakak terima itu memang dari batch sebelumnya, tapi produk-produk kami sudah terdaftar di BPOM kok!"
Apakah batch sebelumnya termasuk yang sudah terstandar BPOM atau batch sebelumnya ditolak oleh BPOM? Saran: Jangan dipakai!
"Wah barang yang kakak terima itu kemasan lama, tapi produk-produk kami sudah terdaftar di BPOM kok!"
Kemasan lama tidak sesuai dengan kriteria data di BPOM, berarti produk yang diterima bisa jadi produk lama yang telah ditolak oleh BPOM. Saran: Jangan dipakai!
"Memang untuk produk yang kakak order masih dalam proses pengajuan ke BPOM kak. Tapi, kami hanya menggunakan bahan-bahan aman. Lagipula, produk-produk kami yang lain sudah mendapatkan sertifikat BPOM kak."
Ini nih tipe-tipe yang mendaftarkan sebagian produk ke BPOM hanya untuk kedok menjual produk lainnya yang ilegal. Kalaupun memang nantinya terbukti aman oleh BPOM, menurutku mereka tidak sabaran, yaah nyerempet ke arah serakah. Saran: Jangan dipakai!
Crosscheck penampakan visual dan aroma.
Website BPOM tidak memberikan gambaran produk secara visual dan penjelasan mengenai deskripsi aroma produk. Oleh karena itu, cek review detail beauty blogger yang memberikan foto detail terkait kemasan, tekstur, maupun informasi aroma sebagai referensi tambahan yang meyakinkan. Seperti yang sudah aku tuliskan sebelumnya, ketika sedang mengumpulkan review rekomendasi, salin link artikel/konten yang memberikan review detail, agar memudahkan ketika ingin crosscheck kalau barang sudah sampai di tangan.
💜
Mungkin terkesan ribet, ya?! Tapi, menurutku ini penting bagi yang mungkin belanjanya di toko reseller atau kepo dengan brand yang kontroversial. Tips yang sudah aku paparkan sebetulnya lebih fokus untuk produk-produk lokal. Produk dari luar negeri yang mulai didistribusikan di Indonesia oleh jasa titip atau reseller, namun belum ber-BPOM cukup tricky untuk memantaunya. Apalagi produk-produk yang share in jar, hmmm.
Produk yang direview oleh beauty influencer ternama sekalipun, kalau dia belinya share in jar, dan kemudian kamu mau ikutan beli, kamu bakal kesulitan untuk crosscheck apakah produk yang kamu dapat itu ori? Apakah produk yang ada di dalam botol kamu itu isinya sama dengan yang didapat oleh beauty influencer panutanmu? Nggak tau, kan?!
Jika kamu ragu dan bingung, pilih aja produk-produk yang jelas ber-BPOM. Segitu banyaknya produk yang terdaftar di BPOM, kemungkinan besar pasti ada yang cocok. Nggak perlu latah untuk ikut mencoba trend kandungan baru kalau memang belum terdaftar di BPOM. Saran ini sangat aku tekankan untuk kamu yang kulitnya sensitif, ya!
Adapun pendapatku tentang produk dari brand yang kontroversial. Artis A, beauty influencer B, posting promosi/review tentang produk dari brand kontroversial, nih! Keputusan tentang apakah kamu mau mencoba atau tidak, sepenuhnya ada di kamu! Siapa yang berperan merusak kulit wajahmu adalah kamu.
Kenapa? Karena ketika barang sudah sampai ditangan dan tidak dicek terlebih dahulu karakteristik kemasan, tekstur dan aromanya, tapi langsung dicoba-coba aja. Itulah kecerobohan yang kamu lakukan.
Jangan salahkan artis A, beauty influencer B, mereka tidak memantau apakah barang yang dikirim ke kamu adalah barang yang sama persis dan original. Mereka tidak tau apakah kamu mendapatkan produk dengan kemasan/batch lama yang ternyata produk tersebut adalah produk gagal karena tidak lolos mendapatkan izin BPOM?! Kita nggak bisa menutup mata, oknum jahat bisa ada dimana saja karena di dunia ini masih ada orang yang serakah.
Para beauty reviewer hanya bisa memastikan bahwa produk yang mereka terima, terbukti terdaftar di BPOM, produk original, dan saat mereka coba ternyata memang tidak ada tanda-tanda negatif. Nah, makanya mereka sering bilang kalau "apa yang cocok di saya, belum tentu cocok di kalian", karena yaa produk kecantikan bisa memberikan efek yang berbeda-beda di masing-masing kulit.
Saranku kalau dari awal kamu sudah tau bahwa produk dari brand tersebut kontroversial, yaudah nggak usah coba-coba. Biarkan aja para beauty reviewer itu yang mencoba, karena menunaikan tugasnya. Mereka nggak maksa secara langsung untuk kamu beli produk tersebut kan?! Dan menurutku nggak perlu menghujat di kolom komentar, "udah jelas produk abal-abal, dasar perusak kulit wanita Indonesia". Karena kemungkinan besar mereka bisa membuktikan bahwa produk yang diterima adalah original dan tersertifikasi BPOM. Kecuali kamu bisa menunjukkan bukti, misal menemukan bahwa setelah di zoom gambarnya, kamu melihat bahwa nomor BPOM-nya ternyata berbeda dengan yang terdaftar, yaaa kamu berhak menulis komentar untuk meluruskan atau bertujuan diskusi asalkan dengan kata-kata yang sopan. Jangan komentar jelek yang pada akhirnya dinilai sebagai ujaran kebencian, karena kamu nggak punya bukti! OK?!
Sudah terlanjur beli, ternyata produknya kontroversial, tetap dicoba atau nggak ya? Nggak usah dicoba!! Lebih baik kamu mengikhlaskan sejumlah uang yang sudah terlanjur keluar daripada harus ngeluarin biaya lebih banyak lagi untuk memperbaiki kulit yang rusak parah. Duh, belum lagi rasa sakit yang bakal ngeganggu setiap harinya!
Aku beli produk dan sudah dicoba. Aku nggak tau kalau kontroversial karena kurang riset dan termakan testimoni versi chat whatsapp, sekarang kulitku hancur, bagaimana?
Semoga kamu segera menemukan jalan keluar untuk permasalahan kulitmu, ya! Kedepannya riset dulu dengan lebih teliti, atau bisa konsultasikan ke dokter kulit (tapi jangan mudah termakan rayuan produk yang ditawarkan juga, kalau kamu ke dokter di klinik kecantikan).
Jika kamu ingin menuliskan review karena rasa kecewa dan berharap tidak ada teman-teman lain yang mengalami nasib serupa, ada baiknya kamu baca postingan ku yang "Baca ini sebelum memberikan review skin care dan makeup!" ← bisa langsung di klik. Pada postingan tersebut aku menyarankan foto apa saja yang perlu diunggah untuk menguatkan review kamu.
💜
Hi, everyone!
Tulisan ini terinspirasi dari dialog antara seorang dokter dengan seorang selebriti yang awal mulanya karena membahas brand yang dipandang kontroversial. Aku tidak akan menjelaskan detail mengenai siapa dokter, selebriti dan brandnya. Aku hanya mengambil pelajaran setelah menonton dialognya (versi full tanpa cut dari akun youtube dokter yang bersangkutan). Dan tulisan ini tidak bermaksud untuk menjatuhkan pihak manapun (dokter, selebriti, dan brand manapun).
Tidak bisa dipungkiri kalau penikmat konten kecantikan suka dibingungkan dengan "mana nih orang yang reviewnya jujur". Selalu muncul kecurigaan seperti "ah paling habis ditempelin di muka langsung dibilas saat off-camera" atau "ah dia mah cuma nunjukkin pakai di awal nggak pernah dihabiskan". Kebingungan ini muncul karena memang ada pihak yang menerima apapun yang ditawarkan oleh beauty brand, tanpa crosscheck terlebih dahulu terkait produk dan brand yang akan dipromosikan.
Mungkin hampir semua beauty reviewer selalu memberikan disclaimer berupa "review yang aku berikan adalah jujur dan apa yang cocok di aku belum tentu cocok di kalian". Aku pun juga menerapkan disclaimer seperti itu.
ADA HAL YANG LEBIH PENTING yaitu terkait legalitas produk.
Saat mendengarkan dialog antara dokter dan selebriti, sebenarnya poin utama terletak pada legalitas dari suatu produk yang beredar. Aku yang memiliki peran sebagai konsumen sekaligus beauty reviewer merasa tertampar dengan dialog ini. Aku memiliki dua peran di sini karena mayoritas produk yang aku coba memang masih aku beli sendiri dengan uang pribadi, bukan bentuk kerjasama dengan brand atau dikirimi oleh brand tanpa ada keharusan menulis review.
Sebagai konsumen aku memiliki kuasa penuh akan produk apa yang ingin digunakan. Sebagai beauty reviewer aku memiliki hak untuk menentukan apakah mau menerima kerjasama dengan suatu brand. Untuk tulisan ini, aku ingin berperan sebagai beauty reviewer dulu, ya! Adapun peranku sebagai konsumen juga sudah aku tuliskan di blogpost terpisah. Link aku tulis di bawah.
Sesuai dengan judul, tentunya tulisan ini diperuntukkan bagi teman-teman yang suka mereview produk kecantikan seperti skin care atau makeup. Berikut ini empat tips agar tidak dianggap menjadi beauty reviewer yang turut merusak wajah wanita Indonesia.
Pastikan legalitas produk yang dicoba.
Entah itu produk yang ditawarkan oleh brand maupun produk yang dibeli dengan uang pribadi, wajib dicek legalitas produknya! Di Indonesia produk yang legal dijual bebas adalah produk yang memiliki izin dari BPOM ditandai dengan tertulisnya nomor registrasi BPOM pada kemasan dan dibuktikan lebih lanjut dengan cek di website resmi BPOM. Umumnya, produk yang sudah teregistrasi oleh BPOM memiliki informasi produk yang lengkap pada kemasannya, seperti deskripsi produk, cara pakai, ingredients, expired date, dan informasi produsen atau distributor.
Bagaimana dengan produk impor yang tidak teregistrasi di BPOM? Pastikan produk tersebut telah memiliki izin edar dari lembaga di negara yang bersangkutan.
Selalu sematkan foto kemasan produk, dan pastikan ada nomor BPOM tertulis dan terlihat jelas pada kemasan.
Ini adalah poin yang baru aku sadari setelah menyimak isi dialog dokter dan selebriti itu. Aku tau, aku selalu mendapat dan hanya mencoba produk yang tertulis jelas nomor BPOM di kemasan. Tapi, ketika nanti ada yang nyinyirin aku sebagai "beauty reviewer yang turut merusak wajah wanita Indonesia", aku tidak punya bukti konkrit untuk membantah. Kenapa? Karena aku sering lupa menunjukkan foto kemasan produk yang tertulis bagian nomor BPOM-nya! Jadi, sekalian aja nih, aku minta maaf ya karena suka lupa foto bagian nomor BPOM. Review produk setelah postingan ini akan aku usahakan untuk selalu ada fotonya :)
Screenshot bukti crosscheck dari website BPOM.
Poin nomor dua lebih lanjut harus dilakukan cek ulang ke website cekbpom.pom.go.id karena ada pihak nakal yang menggunakan nomor palsu, seolah-olah memiliki izin padahal nomor tersebut tidak terdaftar. Selain itu, kita bisa memantau informasi lain untuk dijadikan bahan pertimbangan, seperti:
- nama jelas produk yang terdaftar dan merk. Penting karena produk KW biasanya suka salah menulis nama jelas produknya.
- jenis kemasan (botol/tube/pot); volume isi produk dalam kemasan; dan bentuk sediaan (cairan kental/krim/dll). Penting untuk membuktikan bahwa produk yang dicoba atau akan direview memiliki kesesuaian dengan data yang terdaftar di BPOM. Hal ini untuk menghindari tuduhan bahwa produk yang digunakan adalah produk versi palsu/KW/abal-abal.
- nama pendaftar yang biasanya merupakan produsen atau distributor. Bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melihat sepak terjang perusahaannya. Masih baru atau sudah lama. Kontroversial atau aman damai. Jika tetap bertekad mereview produk kontroversial, siapkan data yang lebih kuat, ya! Tunjukkan bahwa memang tidak ada keraguan karena memiliki data yang bisa dipertanggungjawabkan.
- tanggal terbit nomor registrasi. Jika kita tau produk yang dicoba adalah produk lama, maka dalam database di website BPOM akan terlihat jika brand sudah melakukan perpanjangan. Yang artinya produk tersebut masih dalam pantauan BPOM dan legal untuk dipasarkan. Contohnya seperti hair mask Makarizo yang pernah aku rekomendasikan di hair care routine 2020. Hair mask ini bukan produk baru dan terlihat pada database bahwa Makarizo telah melakukan perpanjangan terkait legalitas produknya. Jadi, aku yakin bahwa hair mask yang aku rekomendasikan memang masih dalam pantauan BPOM.
![]() |
hair mask Makarizo terdaftar di BPOM. klik gambar untuk lebih jelas. |
Persiapkan bukti legalitas BPOM terhadap produk sebelum unboxing.
Ketika produk datang, semangat menggebu-gebu untuk membuka produknya bisa bikin lupa poin penting terkait legalitas produk. Nah, ada baiknya ketika masih tahap negosiasi oleh brand, kita minta data nomor BPOM produk-produk yang akan dikirimkan. Selanjutnya langsung screenshot hasil crosscheck, biar nggak lupa, jangan ditunda-tunda! Jadi, ketika unboxing, di stories terpisah bisa langsung menyematkan bukti screenshot bahwa produk tersebut telah terdaftar secara legal.
Informasikan ciri fisik seperti tekstur/warna dan deskripsikan aroma.
Dengan adanya informasi ini maka pembaca yang telah membeli produk serupa bisa mempunyai gambaran apakah isi produk memiliki kesamaan dengan yang kita review. Walaupun sebenarnya informasi seperti deskripsi aroma bersifat sangat subjektif, tapi lumayanlah pada bagian gambar tekstur setidaknya bisa membantu.
💜
Mungkin terkesan ribet, ya?! Tapi, rusak sedikit kepercayaan pembaca, yaaah bakal merembet terus. Jadi, nggak ada salahnya melakukan empat tips yang aku berikan agar kepercayaan pembaca terhadap kita bisa tetap terjaga. Selain itu, tips ini juga sebagai bentuk untuk terus mengedukasi pentingnya mengetahui legalitas produk terhadap pembaca. Kalau kalian punya tips tambahan, boleh banget untuk tuliskan juga di kolom komentar ;)
Baca juga: JANGAN COBA SKIN CARE DAN MAKEUP KALAU BELUM PAHAM INI!
💜
***
Wassalam.
Mungkin ada yang bertanya-tanya tas ku merk apa kok kayaknya perfect banget :D Well, tas aku itu merk Emsio by Elizabeth. Menurutku, tas koleksi Emsio by Elizabeth ini harganya masih reasonable, nggak bikin nyesel karena kualitasnya juga oke banget. Pilihan modelnya juga banyak.
Kepingin punya koleksi tas Emsio by Elizabeth juga? Beli aja di ZALORA. Selain Emsio by Elizabeth, masih banyak lagi pilihan dari brand-brand yang kualitasnya juga oke. And for you, I have a GOOD NEWS! Tanggal 12-12 atau 12 Desember 2017, ZALORA turut memeriahkan Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional). Teman-teman bisa mendapatkan produk-produk fashion terbaik (nggak cuma tas, bisa baju, sepatu, jam tangan, apapun itu) dengan harga daaan DISKON SUPER FANTASTIS! Seru banget, kan? So, jangan sampai kelewatan yaaa. SAVE THE DATE!
Ohiya, boleh banget nih teman-teman tulis di kolom komentar di bawah tentang siapa sih beauty vlogger terfavorit versi teman-teman. Jadi, aku juga bisa check beauty channel mereka.
Wassalam.